Menghitung Zakat Pertanian: Panduan Praktis

Zakat pertanian merujuk pada kewajiban membayar zakat atas hasil pertanian atau tanaman yang ditanam. Ini adalah salah satu kewajiban dalam agama Islam yang dikenakan kepada umat Muslim yang memiliki lahan pertanian.

Menghitung zakat pertanian memiliki tujuan utama, yaitu menegakkan keadilan sosial dengan mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin. Selain itu, membayar zakat pertanian juga merupakan cara untuk membersihkan harta dan jiwa pemiliknya serta mendekatkan diri kepada Allah.

Dengan memahami pentingnya menghitung zakat pertanian dan tujuan di baliknya, umat Muslim dapat melaksanakan kewajiban agama secara benar dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil.

Syarat-syarat Zakat Pertanian

A. Kepemilikan lahan pertanian: Zakat pertanian hanya wajib dikeluarkan oleh individu yang memiliki kepemilikan atas lahan pertanian. Ini berarti bahwa seseorang harus memiliki lahan yang digunakan untuk bercocok tanam atau aktivitas pertanian. Bukan buruh tani yang menggarap sebuah lahan pertanian.

B. Jenis tanaman yang ditanam: Syarat berikutnya adalah jenis tanaman yang ditanam. Zakat pertanian hanya berlaku untuk tanaman yang merupakan makanan pokok dan dapat disimpan. Contoh tanaman yang termasuk dalam kategori ini adalah padi, jagung, gandum, kacang-kacangan, kurma dan lain sebagainya.

C. Jumlah produksi yang mencapai nisab: Zakat pertanian hanya wajib dikeluarkan jika jumlah produksi mencapai nisab. Nisab adalah ambang batas minimum yang harus terpenuhi agar zakat pertanian menjadi wajib. Nisab zakat pertanian dihitung berdasarkan berat atau volume produksi, yang biasanya diukur dalam satuan tertentu seperti ton, kilogram, atau liter. Jika jumlah produksi tidak mencapai nisab, maka zakat pertanian tidak wajib dikeluarkan.

D. Masa panen yang telah berlalu: Zakat pertanian harus dikeluarkan setelah masa panen telah berlalu. Ini berarti bahwa zakat pertanian tidak dapat dikeluarkan sebelum tanaman dipanen. Setelah panen dilakukan dan hasil pertanian telah siap untuk dipanen, maka zakat pertanian bisa dihitung dan dikeluarkan.

E. Tidak adanya utang yang harus dibayar: Syarat terakhir adalah bahwa individu yang ingin mengeluarkan zakat pertanian harus tidak memiliki utang yang harus dibayar. Jika terdapat utang yang harus diselesaikan, maka zakat pertanian tidak boleh dihitung dari nilai aset yang dimiliki. Utang tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum menghitung dan membayar zakat pertanian.

Mengingat dan mematuhi syarat-syarat tersebut sangat penting dalam menghitung zakat pertanian dengan benar. Pastikan untuk memahami dan memenuhi setiap syarat yang ditetapkan agar zakat pertanian dapat dikeluarkan sesuai dengan tuntunan agama.

Nisab dan Besaran Zakat Pertanian

A. Menentukan nisab zakat pertanian:

  • Nisab zakat pertanian adalah jumlah minimum produksi atau hasil pertanian yang harus dicapai agar seseorang wajib membayar zakat pertanian.
  • Nisab zakat pertanian biasanya dinyatakan dalam satuan berat seperti kilogram atau ton, tergantung pada jenis tanaman yang ditanam.

Kadar nishab zakat pertanian adalah 5 wasaq, berdasarkan sabda Nabi:

ليس فيما دون خمسة أوسق من التمر صدقة

Tidak ada zakat untuk sesuatu yang kurang dari 5 wasaq kurma.”

Satu wasaq setara dengan 60 sha’, sementara 1 sha’ sama dengan 4 mud. Menurut Mbah Kiai Ma’shum, Kwaron, Diwek Jombang, dalam  kitab Fathul Qadir fi ‘Ajaibil Maqadir, diketahui pendekatan berat 1 mud, adalah sebagai berikut:

  • 1 mud  beras putih = 679,79 gram
  • 1 sha’ beras putih = 2718,19 gram = 2,72 kg
  • 1 nishab beras putih = 815,758 kg
  • 1 nishab Kacang Hijau = 780,036 kg
  • 1 nishab Kacang Tunggak = 756,697 kg
  • 1 nishab Padi = 1631,516 kg = 1,631 Ton Gabah Kering
  • 1 nishab Padi Kretek = 1323,132 kg = 1,323 Ton Gabah Kering

(Mbah Kiai Ma’shum, Fathu al-Qadir fi ‘Ajaib al-Maqadir, halaman 20-21).

B. Menghitung besaran zakat pertanian berdasarkan nisab:

  • Setelah menentukan bahwa nisab zakat pertanian telah tercapai, langkah selanjutnya adalah menghitung besaran zakat yang harus dikeluarkan.
  • Besaran zakat pertanian dihitung berdasarkan persentase tertentu dari hasil produksi pertanian yang mencapai nisab.
  • Persentase ini dapat berbeda tergantung pada jenis tanaman yang ditanam.

C. Persentase zakat yang harus dikeluarkan:

  • Persentase zakat pertanian umumnya berkisar antara 5% hingga 10% dari hasil produksi yang mencapai nisab.
  • Persentase zakat pertanian bisa berbeda, tergantung sumber air yang digunakan untuk mengairi sawahnya. Apakah itu air hujan atau menggunakan irigasi.
  • Misalnya, untuk tanaman padi, persentase zakatnya bisa sebesar 5% dari hasil produksi, jika menggunakan irigasi. Tetapi, jika diairi menggunakan air hujan, maka persentasenya sebesar 10%.

Langkah-langkah Menghitung Zakat Pertanian

A. Mengidentifikasi jenis tanaman yang ditanam

Ketika menghitung zakat pertanian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi jenis tanaman yang ditanam di lahan pertanian. Setiap jenis tanaman memiliki aturan yang berbeda dalam perhitungan zakatnya, seperti padi, jagung, gandum, atau yang lainnya. Mengetahui jenis tanaman yang ditanam adalah penting untuk menentukan perhitungan zakat yang tepat.

B. Menentukan jumlah produksi yang mencapai nisab

Salah satu syarat penting dalam zakat pertanian adalah mencapai nisab. Nisab adalah jumlah minimum produksi yang harus dicapai sebelum wajib membayar zakat pertanian.

Jumlah produksi yang mencapai nisab dapat berbeda untuk setiap jenis tanaman dan dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada langkah ini, penting untuk menghitung dan memastikan bahwa jumlah produksi yang dicapai memenuhi persyaratan nisab.

C. Menghitung besaran zakat berdasarkan persentase yang ditetapkan

Setelah menentukan bahwa jumlah produksi telah mencapai nisab, langkah terakhir adalah menghitung besaran zakat yang harus dibayarkan berdasarkan persentase yang ditetapkan. Persentase zakat pertanian dapat berbeda, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Biasanya, persentase ini berkisar antara 5% hingga 10% dari total produksi yang melebihi nisab.

Dalam perhitungan ini, jumlah produksi yang melebihi nisab dikalikan dengan persentase zakat yang ditetapkan untuk mendapatkan besaran zakat yang harus dibayarkan.

Contoh Perhitungan Zakat Pertanian

Berikut ini contoh perhitungan zakat hasil pertanian.

Kasus 1

Panen yang didapatkan seorang petani adalah gabah kering dengan 2 ton. Petani ini menggunakan irigasi berbayar untuk mengairi sawahnya.

Pertanyaan:

  • Berapa zakat yang harus dikeluarkan?
  • Jika irigasinya berasal dari tadah hujan atau air irigrasi tidak berbayar, berapakah zakat yang harus dikeluarkan?

Jawab:

  • Jenis pengairan = irigasi (5%) Total panenan gabah kering = 2 Ton = 2000 kg (lebih besar dari nishab padi 1,631 ton gabah atau 1,323 ton gabah padi kretek)
    Zakat yang harus dikeluarkan = 5% x 2000 kg gabah kering = 100 kg gabah kering = 1 kuintal
  • Jika irigasi sawah berasal dari air hujan atau pengairan gratis, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah sebesar 10%
    Zakat yang harus dikeluarkan = 10% x 2000 kg gabah kering = 200 kg gabah kering = 2 kuintal

Kasus 2

Petani telah memanen padinya dengan total akhir bobot beras kering yang didapat adalah 1,5 ton. Hasil tersebut didapatkan dari sawah yang menggunakan irigasi berbayar.

Pertanyaan:

  • Berapa zakat yang harus dikeluarkan?
  • Jika irigasinya berasal dari tadah hujan atau air irigrasi tidak berbayar, berapakah zakat yang harus dikeluarkan?

Jawab:

  • Jenis pengairan = irigasi (5%) Total panenan dalam bentuk beras putih kering = 1,5 Ton = 1500 kg (lebih besar dari nishab beras putih 815,758 kg beras)
    Zakat yang harus dikeluarkan = 5% x 1500 kg gabah kering = 75 kg beras = 0,75 kuintal beras
  • Jika irigasi sawah berasal dari pengairan gratis, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah sebesar 10%
    Zakat yang harus dikeluarkan = 10% x 1500 kg beras = 150 kg beras = 1,5 kuintal beras

Distribusi Zakat Pertanian

Cara mendistribusikan zakat pertanian Setelah zakat pertanian terkumpul, langkah selanjutnya adalah mendistribusikannya dengan cara yang efektif dan adil. Berikut ini adalah beberapa cara umum untuk mendistribusikan zakat pertanian:

  1. Melalui lembaga zakat: Banyak negara memiliki lembaga zakat resmi yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. Zakat pertanian dapat disalurkan melalui lembaga zakat tersebut yang memiliki mekanisme dan prosedur yang terstruktur.
  2. Pendistribusian langsung: Zakat pertanian juga bisa didistribusikan secara langsung kepada penerima yang memenuhi syarat. Ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi individu atau kelompok yang berhak menerima zakat pertanian dan memberikan bantuan secara langsung kepada mereka.

Pemilihan cara distribusi zakat pertanian dapat disesuaikan dengan konteks sosial, ekonomi, dan hukum di masing-masing daerah. Penting untuk memastikan bahwa distribusi zakat dilakukan dengan transparansi, keadilan, dan memperhatikan kebutuhan yang sebenarnya dari penerima zakat pertanian.

Kesimpulan

Menghitung dan memberikan zakat pertanian dengan benar adalah kewajiban yang penting dalam Islam. Melakukan perhitungan yang tepat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi, sambil memperkuat ikatan spiritual dengan Allah. Mengamalkan zakat pertanian sebagai bentuk ibadah memberikan manfaat yang signifikan dan menunjukkan rasa syukur atas nikmat-Nya.