Wajib Anda Ketahui! Pemahaman serta Hukum Demokrasi Menurut Islam

DEMOKRASI MENURUT ISLAM  – Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi, di mana seluruh rakyatnya sangat terbuka untuk bersuara guna kemajuan bangsa. Namun, tidak seluruhnya teknis demokrasi secara universal dapat diimplementasikan di negara ini.

Demokrasi dalam ruang lingkup universal tidak seluruhnya bisa dipraktikan di Indonesia, karena Indonesia juga sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di Dunia. Oleh karena itu, hukum Islam juga menjadi pertimbangan dalam segala problematika di Indonesia.

Pengertian Demokrasi Secara Universal

demokrasi menurut islam
islamedia.web.id

Kata Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri dari dua suku kata; Demos (Rakyat) dan Kratos (Kekuatan atau Kekusaan) atau disimpulkan sebagai Kekuasaan Rakyat. Sistem Demokrasi telah digunakan di Yunani sejak abad ke-5 SM.

Dari asal katanya tersebut dapat disimpulkan bahwasanya arti Demokrasi yaitu suatu bentuk hukum politik yang mengizinkan warga negaranya berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Demokrasi terkait dengan segala bentuk kebebasan politik dalam bersosial, ekonomi, berbudaya, dan beragama secara bebas dan setara.

Namun, apakah sama domokrasi secara universal dengan demokrasi menurut Islam? Penasaran?! Simak juga yuk..!!

Pemahaman Demokrasi Menurut Islam

demokrasi menurut islam
islamedia.web.id

Rasulullah SAW bersabda: “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga umat ku meniru generasi-generasi sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi hasta.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, seperti Persia dan Romawi?” Nabi Muhammad menjawab; “Manusia mana lagi selain mereka itu?”
(HR. Bukhari, No. 7319 dari Abu Hurairah R.A)

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani, dalam kitabnya ‘Fathul Bariy’, menjelaskan bahwa hadits ini berkaitan dengan tergelincirnya umat Islam mengikuti umat lain dalam masalah pemerintahan dan penyelesaian urusan rakyat.

Hal itu kini bisa kita rasakan atas Sabda Rasulullah SAW. Di era globalisasi ini, sistem demokrasi dianggap sebagai sistem terbaik dalam pemerintahan dan penyelesaian urusan rakyat. Bahkan sering ditemukan hukum Islam yang dinilai dari sudut pandang Demokrasi.

Menurut Syaikh Abdul Qadim Zallum, dalam kitabnya yang bertajuk ‘Demokrasi Sistem Kufur’, dijelaskan demokrasi memiliki latar belakang sosio historis, yaitu situasi yang dipenuhi semangat untuk mengiliminir pengaruh dan peran agama dalam sebuah kehidupan manusia.

Demokrasi Bertentangan Dengan Islam

demokrasi menurut islam
islamedia.web.id

Dalam konsep Demokrasi kedaulatan berpihak pada hak rakyat, yang mana penetapan hukum berada di tangan rakyat, kemudian dilakukan oleh wakil rakyat seperti DPR. Sedangkan dalam Islam, kedaulatan mengacu pada syari’at, bukan dipegang oleh rakyat.

Jika syari’at mengharamkan sesuatu, maka hal tersebut tataplah haram, walaupun idealisme rakyat memperbolehkannya.

Hal tersebut berkaitan dengan hadits yang membahasa tentang suatu hukum kesepakatan manusia jika lebih baik daripada hukum Allah.SWT, maka bisa menjatuhkan manusia kepada kekufuran dan kemusyrikan. Ketika Rasulullah.SAW membacakan surat At-Taubah ayat 31;

demokrasi menurut islam
islamedia.web.id

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.SWT.”
(QS. At-Taubah: 31)

Demokrasi Kebebasan dalam Beragama

Dalam Islam, memaksakan manusia untuk memeluk agama tertentu memang dilarang. Namun, Islam juga mengajarkan bahwasanya seorang muslim haram jika meninggalkan Aqidah Islam. Rasulullah.SAW bersabda;

demokrasi menurut islam
islamedia.web.id

“Siapa saja yang mengganti agamanya (murtad dari Islam), maka bunuhlah dia.”
(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Ashabus Sunan)

Demokrasi Kebebasan dalam Berpendapat

Kebebasan dalam berpendapat, pandangan Islam menyatakan bahwa sebuah pendapat seseorang harus berkaitan dengan apa yang ditetapkan oleh Syari’at Islam. Artinya tidak boleh menyatakan sebuah pendapat ataupun melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh syari’at.

Islam mengharuskan umat muslim untuk meyerukan kebenaran di mana saja dan kapan saja. Rasulullah.SAW bersabda;

islm

demokras menurut islam
islamedia.web.id

“…Dan kami (hanya senantiasa) menyatakan Al Haq (kebenaran) di mana kami berada, kami tidak khawatir (gentar) terhadap cacian tukang pencela dalam melaksanakan ketentuan Allah.SWT.”
(HR. Muslim dari Ubadah bin Shamit)

Demokrasi Kebebasan dalam Bertingkah Laku

Dalam bertingkah laku, Islam sangat melarang keras perzinaan, perjudian, khamr, homoseksual, lesbian dan bentuk kemaksiatan lainnya. Berkaitan dengan itu, maka ada sanksi yang sangat keras pula bagi setiap perbuatannya.

Namun, dalam konsep demokrasi hal tersebut diperbolehkan, apalagi dengan dukungan mayoritas. Seperti contoh yang bisa diambil yaitu fenomena homoseksual yang jelas diharamkan dalam Islam, dalam demokrasi hal itu diperbolehkan dengan syarat pelakunya sudah dewasa dan saling menyukai.

Ideologi Demokrasi Berasal dari Islam?

Sebagian kalangan memiliki stigma bahwa Demokrasi itu sebenarnya berasal dari Islam, yaitu mengaitkan persamaan dengan Syuro (musyawarah), amar ma’ruf nahi munkar. Namun, hal tersebut adalah hukum syara’ yang telah Allah.SWT tetapkan cara dan standarnya, jadi jelas tidaklah tepat dan jauh berbeda dengan demokrasi.

Dalam demokrasi segala sesuat ditentukan atas suara terbanyak. Sedangkan dalam Islam bukanlah seperti itu. Berikut ini rinciannya:

1# Untuk masalah yang berkaitan dengan hukum syara’, yang menjadi acuan adalah kekuatan dalil, bukan suara mayoritas. Dalilnya adalah peristiwa pada perjanjian Hudaibiyah, di mana Rasulullah SAW membuat keputusan yang tidak diterima oleh mayoritas sahabat, dan ketika Umar RA protes, Rasul SAW menyatakan:

demokrasi menurut islam
islamedia.web.id

“Aku ini utusan Allah, dan aku takkan melanggar perintahNya, dan Dia adalah pangeranku.”
(HR. Bukhari)

2# Untuk masalah yang terkait dengan keahlian, acuannya adalah kebenarannya, bukan pula suara mayoritas. Dalilnya dapat diambil dari peristiwa perang Badar.

3# Sedangkan untuk masalah teknis yang berkaitan dengan amal, acuannya adalah suara mayoritas. Dalil didapatkan pada peristiwa perang uhud.

Demokrasi Ketuhanan

demokrasi menurut islam
islamedia.web.id

“Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad); “Raa ‘Ina”, tetapi katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah”. Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.
(QS. Al Baqarah 104)

“Raa ‘Ina” berarti “sudikah kiranya kamu memperhatikan kami”. Di kala para sahabat menghadap kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudi pun menggunakan juga kata ini dengan digumam, seakan-akan menyebut “Raa ‘Ina”, padahal yang mereka katakan adalah “Ru ‘uunnah” yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah.

Karena itulah sebabnya Allah.SWT menyuruh agar para sahabat menukar perkataan “Raa ‘Ina” dengan “Unzhurna” yang juga memiliki arti sama.

Beri Tanggapan