Beriman kepada Malaikat: Hakikat, Nama-nama, dan Tugasnya

Dalam Islam, salah satu tanda orang yang bertakwa adalah beriman kepada yang gaib. ”Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan.” (QS Al-Baqarah [2]: 3).

Adapun malaikat adalah hal yang gaib. Setiap muslim wajib mengimaninya. Jika seorang muslim tidak beriman kepada malaikat, maka ia bisa terjerumus pada kufur akbar yakni keluar dari Islam atau murtad.

Lantas, Apa Itu Malaikat?

Jika ditilik dari segi bahasa, malaikatun (ملائكة) adalah bentuk jamak dari malakun مَلَكٌ. Asli kata مَلَكٌ dari kata isim maf’ul مَأْلَكٌ ma’lakun, yang kemudian hamzah-nya dihilangkan sesuai kebiasaan orang Arab sehingga menjadi مَلَكٌ yang artinya “yang diutus”.

مَلَكٌ berasal dari akar kata kerja (fi’il) أَلَكَ – يَأْلُكُ – أَلُوْكَةً yang artinya “mengutus utusan yang khusus”. Dengan demikian, malaikat secara bahasa bisa diartikan sebagai para utusan Allah yang diutus dengan tugas yang khusus dan agung.

Dalam buku Pelajaran Agama Islam (1956), Buya Hamka menyebutkan bahwa Al-Quran serta sabda Nabi Muhammad saw. memberikan petunjuk tentang adanya malaikat, yaitu tenaga-tenaga yang diperintah Allah untuk mengerjakan beberapa tugas yang telah ditentukan. “Dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. An-Nahl [16]:50)

Kepercayaan pada hal gaib sudah ada sejak zaman purbakala. Orang Romawi, Tionghoa, dan juga Mesir percaya adanya dewa-dewa. Kadang kepercayaan tersebut dikaitkan dengan bintang-bintang. Misalnya dalam mitologi Romawi, bintang Mars adalah dewa peperangan. Ada pula yang mempercayai bahwa malaikat itu anak perempuan dari Tuhan.

Namun setelah hadirnya paham ketauhidan (monotheisme) yang dibawa oleh Islam, jelaslah bahwa hanya Allah Tuhan Yang Maha Esa yang berhak disembah dan dipuja. Para malaikat bukan Tuhan. Mereka tidak berkuasa, tidak dapat mengabulkan permohonan makhluk, tidak boleh berbuat sesuatu tanpa izin Tuhan.

Manusia tidak seharusnya menyembah, memuja, atau takut kepada malaikat. Jika seseorang memuja malaikat, perbuatannya termasuk syirik (menyekutukan) Allah, dan tertolaklah amalnya.

Kadar Minimal Beriman kepada Malaikat

Ada dua derajat keimanan pada malaikat, yaitu derajat yang bersifat mujmal (umum) dan derajat yang lebih tinggi yang bersifat tafshili (terperinci).

Mujmal

Derajat yang bersifat mujmal ini harus ada pada setiap hamba yang mukallaf (balig dan berakal). Derajat ini mengandung beberapa hal yang wajib diketahui dan diyakini yaitu:

  1. Beriman bahwa malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah.
  2. Beriman bahwasanya ada di antara mereka diutus oleh Allah untuk turun membawa wahyu dari Allah kepada para nabi. (Syarah Tsalastatul Ushul Li Al-Ushaimi, hal. 55)

Sementara itu, dari kalangan ulama terdahulu, sebagaimana yang disampaikan oleh As-Suyuthi dalam Kitab Al-Habaik Fi Akhbari Al-Malaikah menukil dari Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman beliau menyebutkan bahwasanya iman kepada malaikat mencakup tiga hal, yaitu:

  1. Beriman terhadap adanya malaikat.
  2. Beriman bahwasanya mereka adalah makhluk ciptaan Allah dan hamba-Nya.
  3. Beriman bahwasanya ada di antara malaikat yang menjadi utusan (rasul) yang Allah Ta’ala utus kepada siapa saja manusia yang dikehendaki-Nya, dan boleh jadi Allah mengutus di antara mereka menjadi rasul kepada malaikat yang lain. Selain keimanan tersebut, diikutkan juga keimanan bahwasanya di antara mereka ada malaikat yang memikul ‘Arsy, malaikat yang berbaris-baris, malaikat penjaga surga, malaikat penjaga neraka, malaikat pencatat amal, dan malaikat yang menurunkan hujan. Semua malaikat tersebut disebutkan dalam Al-Qur’an, bahkan lebih dari itu. (Al-Habaik Fi Akhbari Al-Malaikah, hal. 9-10)

Ada pula di antara para ulama lainnya yang mengatakan iman secara mujmal hanya mencakup pada keimanan bahwa malaikat itu benar adanya dan merupakan makhluk ciptaan Allah Ta’ala. Jika seseorang tidak tahu sama sekali tentang adanya malaikat, maka keimanannya tidak sah. Namun bisa cukup dimaklumi jika ia baru saja masuk Islam atau jauh dari lingkungan kaum muslimin dan para ulama. Jika seseorang memang jelas-jelas tidak beriman atau mengingkari keimanan kepada malaikat, maka sudah pasti status kekufurannya dan ia bukan seorang muslim.

Tafshili

Adapun derajat iman kepada malaikat yang bersifat tafshili mencakup iman secara mujmal dan ada beberapa tambahan, yaitu:

  1. Beriman bahwa malaikat itu ada dan merupakan makhluk ciptaan Allah.
  2. Beriman terhadap nama-nama malaikat yang diketahui dari berbagai dalil sahih.
  3. Beriman terhadap sifat-sifat malaikat yang kita ketahui dari berbagai dalil sahih.
  4. Beriman terhadap tugas-tugas dari para malaikat yang kita ketahui berdasarkan berbagai dalil yang menjelaskannya. (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Li Ibni Utsaimin – Tafsir Surah Al-Baqarah, 2: 284, Syarah Tsalastatul Ushul Li Abdullah Al-Fauzan, hal. 143-145)

Keimanan derajat tafshili ini didasarkan pada apa-apa yang telah dipelajari atau diketahui oleh seorang muslim. Apabila telah datang kabar dari Al-Quran maupun hadis yang menjelaskan hal-hal terkait malaikat, seperti nama, tugas, dan sifat mereka, maka wajib untuk diimani tanpa keraguan.

Pengetahuan seseorang terkait iman kepada malaikat secara tafshili ini dapat bertingkat-tingkat tergantung sejauh mana ia mengetahui dan mempelajarinya. Jika seseorang tidak mengetahuinya, tetap sah imannya selama keimanan yang bersifat mujmal terhadap malaikat terpenuhi. Karena itu, para ulama menjelaskan bahwa belajar tentang keimanan kepada malaikat pada derajat tafshili (terperinci) ini hukumnya wajib kifayah bukan wajib ‘ain yang harus dipelajari oleh setiap muslim yang sudah balig dan berakal.

Jika seseorang sudah mendapat pengetahuan dan informasi yang sahih (benar) terkait kabar tentang malaikat dari nama-nama malaikat, sifat-sifat, dan tugas-tugas mereka, maka ia wajib mengimaninya. Jika tidak beriman, maka akan terjatuh kepada kekufuran akbar yang mengeluarkannya dari Islam.

Asal Penciptaan dan Sifat Malaikat

Dalam hadits dari ‘Aisyah ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya.” (HR. Muslim)

Adapun sebagian sifat fisik malaikat adalah sebagai berikut:

  • Kuat fisiknya
    Allah swt berfirman tentang keadaan neraka (yang artinya), “Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. Tahrim [66]:6)
  • Mempunyai sayap
    Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathiir [35]:1)
  • Tidak membutuhkan makan dan minum
    Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: “Selamat.” Ibrahim menjawab: “Selamatlah,” maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: ‘Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth.’” (QS. Huud [11]: 69 – 70)

Secara singkat, sifat dan perilaku malaikat antara lain:

  1. Selalu patuh kepada Allah Swt. dan tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya.
  2. Dapat berubah wujud sesuai kehendak Allah Swt.
  3. Tidak makan dan minum.
  4. Tidak memiliki jenis kelamin.
  5. Tidak pernah letih dan tidak pula berhenti beribadah kepada Allah Swt.
  6. Senang mencari dan mengelilingi majelis zikir.
  7. Berdoa bagi hamba yang duduk menunggu salat berjamaah.

Nama-nama dan Tugas Malaikat

Dalam Al-Quran dan Hadits telah disebutkan beberapa nama malaikat beserta tugasnya. Berikut adalah malaikat-malaikat yang kita wajib beriman kepadanya.

Jibril

Malaikat Jibril bisa dikatakan sebagai penghulu segala malaikat. Ia disebut juga dengan Namus, Ruhul Amin (roh yang diberi kepercayaan), dan Ruhul Qudus (roh yang suci). Tugasnya menyampaikan wahyu kepada nabi dan rasul, yang kemudian akan diteruskan kepada manusia.

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, Malaikat Jibril menjadi teman perjalanan Rasulullah saw. Saat Rasulullah saw menghembuskan napas terakhirnya, Malaikat Jibril juga ada bersamanya. Nabi Muhammad saw. sendiri mulai berjumpa dengan Malaikat Jibril di Gua Hira’ di atas Bukit Nur dalam rupa manusia.

Beberapa kali Malaikat Jibril memang pernah menampakkan dirinya dalam wujud manusia. Misalnya ketika ia menyerupai sahabat Nabi Dahiyah Al-Kalbi di majelis Rasulullah saw dan bertanya tentang arti Islam dan ihsan, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis riwayat Bukhari Muslim.

Mikail

Malaikat Mikail bertugas mengatur perjalanan falak yaitu orbit atau lintasan benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang sehingga membuat adanya pergantian siang dan malam. Ia menjaga segala sesuatunya teratur dalam lingkungan tersebut.

Bisa dikatakan, Malaikat Mikail mengatur kesejahteraan makhluk. Caranya dengan mengatur awan, menurunkan hujan, mengatur angin sehingga memberi rezeki pada makhluk di dunia.

Izrail

Dikenal pula dengan malaikat maut, Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa makhluk hidup. Baik itu dari golongan manusia, jin, iblis, setan, maupun malaikat apabila telah tiba waktunya. Ia pun bekerja sesuai perintah Allah, menjemput ajal siapapun hanya jika sudah tiba waktunya.

Kita tidak tahu kapan malaikat maut akan datang. Tetapi kita tidak boleh cemas dia akan datang. Kecemasan tersebut bisa dihilangkan dengan menjalani hidup yang baik sesuai syariat Islam.

Israfil

Nama Israfil tidak disebutkan dalam Al-Quran, tetapi diterangkan di banyak hadis. Tugasnya adalah meniup terompet (sangkakala).

Ia meniupnya pada hari kiamat. Ia juga meniupnya pada hari kebangkitan (Yaumul Ba’ts), memanggil semua arwah untuk bangkit dari kubur.

Raqib dan Atid

Malaikat Raqib dan Atid mengawasi semua perbuatan dan perkataan manusia sejak aqil balig sampai akhir hayat. Malaikat Raqib yang mencatat bagian yang baik dan Malaikat Atid yang mencatat bagian yang buruk.

“Tiada suatu perkataan yang diucapkan manusia, melainkan di dekatnya ada Raqib dan Atid (pengawas, siap sedia mencatatnya.” (QS. Qaf [50]:18)

Munkar dan Nakir

Di dalam hadis-hadis dijelaskan bahwa setelah mayit dimasukkan ke dalam kubur, selesai ditimbun tanah kubur, dan orang yang menguburkan kembali ke rumah masing-masing, datanglah dua malaikat yaitu Munkar dan Nakir. Kedunya bertugas menanyai orang yang berada dalam kubur.

Malaikat Munkar dan Nakir bertanya tentang amal perbuatan manusia selama hidup di dunia, siapa Tuhannya, siapa Nabinya, dan lain sebagainya. Pada saat itu, lidah manusia tidak dapat lagi berbohong karena yang menjawab adalah jiwa aslinya.

Malik

Malaikat Malik disebut juga Malaikat Zabaniyah. Ia merupakan penghulu neraka, tempat manusia menerima ganjaran atas dosa-dosa yang diperbuat selama hidup. Tugas Malaikat Mikail adalah menjaga
dan mengatur siksa (azab) bagi para penghuni neraka tersebut.

Ridwan

Sementara itu, Malaikat Ridwan menjadi penghulu surga, tempat manusia menerima ganjaran dari amal baiknya selama hidup di dunia. Malaikat Ridwan bertugas menjaga dan mengatur kesejahteraan
penghuni surga tersebut.

Selain yang telah disebutkan di atas, jumlah malaikat itu sangat banyak. Hanya Allah saja yang tahu berapa banyak jumlah mereka, “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (QS. Al-Muddatstsir: 31)

Ketika Rasulullah saw. melakukan Isra’ Mi’raj, berkata Jibril kepada beliau, “Ini adalah Baitul Ma’mur. Setiap hari shalat di dalamnya 70 ribu malaikat. Jika mereka telah keluar, maka mereka tidak kembali lagi.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Urusan malaikat merupakan perkara gaib. Sebagai umat muslim, kita wajib beriman kepada malaikat, percaya akan keberadaannya. Kepercayaan ini bukan untuk menimbulkan waswas dan takhayul, tetapi memperkokoh keimanan pada Tuhan yang Satu, Allah swt.

 

Disarikan dari:

  • Pelajaran Agama Islam (1956) oleh HAMKA
  • Keimanan kepada Malaikat oleh Sakti Putra Mahardika
  • Iman Kepada Malaikat oleh Abu Ka’ab Prasetyo
  • Menjadi Pribadi yang Mawas Diri: Iman kepada Malaikat oleh Tim Kemenag