Tata Cara Adzan: Seruan yang Menyentuh Hati dan Jiwa

Adzan, panggilan suci dalam agama Islam, menggema di udara dan menembus hati setiap umat Muslim. Bunyi merdu yang dikumandangkan dari menara masjid tersebut membawa pesan khusus, memanggil jiwa-jiwa yang haus akan ibadah untuk datang mendekat kepada Allah.

Adzan bukan sekadar panggilan, tetapi sebuah ritual yang sarat dengan makna dan tata cara yang harus diikuti dengan khidmat.

Pengenalan tentang Adzan

Adzan adalah panggilan suci dalam agama Islam yang dilakukan sebelum pelaksanaan shalat. Adzan merupakan salah satu ibadah yang memiliki nilai spiritual dan simbolis yang penting bagi umat Muslim. Dalam bahasa Arab, adzan berarti “pemberitahuan” atau “panggilan”.

Pada umumnya, adzan dilakukan oleh seorang muadzin yang bertugas mengumandangkan kalimat-kalimat adzan. Muadzin ini biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki suara yang indah dan mampu membaca adzan dengan tartil dan makbul.

Adzan biasanya dikumandangkan dari menara masjid menggunakan pengeras suara agar dapat didengar oleh umat Muslim di sekitar masjid.

Tujuan Mulia Adzan

Tujuan mulia adzan dalam agama Islam adalah sebagai berikut:

Mengajak Umat Muslim untuk Melaksanakan Shalat

Adzan menjadi panggilan yang mengajak umat Muslim untuk melaksanakan shalat sebagai kewajiban yang ditetapkan oleh Allah.

Dengan mendengar adzan, umat Muslim diingatkan untuk menghentikan aktivitas dunia dan beralih kepada ibadah kepada Allah.

Menandai Waktu-waktu Shalat

Adzan menjadi penanda waktu-waktu shalat yang telah ditentukan. Setiap kali adzan dikumandangkan, umat Muslim mengetahui bahwa saatnya untuk melaksanakan shalat wajib, seperti shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.

Adzan menjadi pengingat yang terus-menerus mengingatkan umat Muslim akan kewajiban mereka untuk beribadah.

Mengingatkan akan Keberadaan Allah

Adzan menjadi pengingat akan keberadaan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Besar. Ketika mendengar adzan, umat Muslim diingatkan akan keesaan Allah dan kebesaran-Nya.

Adzan membangkitkan rasa takjub dan kagum akan keagungan Allah, serta mengingatkan umat Muslim akan ketergantungan mereka kepada-Nya.

Membangun Kesatuan dan Keterhubungan Umat Muslim

Adzan menjadi simbol persatuan dan keterhubungan umat Muslim. Ketika adzan dikumandangkan, umat Muslim dari berbagai latar belakang dan kebangsaan mendengarkannya secara bersama-sama.

Adzan menjadi ikatan spiritual yang mempersatukan umat Muslim di seluruh dunia dalam ibadah yang sama, yaitu shalat.

Dengan tujuan mulia ini, adzan menjadi sarana yang penting dalam kehidupan umat Muslim. Ia membawa manfaat spiritual, membangun kedisiplinan ibadah, dan mengingatkan akan kebesaran Allah SWT.

Adzan menjadi ungkapan keagamaan yang mendalam dan penuh makna bagi umat Muslim.

Keutamaan Mendengarkan dan Menjawab Adzan

Mendengarkan dan menjawab adzan memiliki keutamaan yang besar dalam agama Islam. Berikut adalah beberapa keutamaan pentingnya mendengarkan dan menjawab adzan:

Menjadi Saksi Kebaikan

Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَىْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendegarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 609).

Penghatar Menuju Surga

Dari Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، فَقَالَ أَحَدُكُمْ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، ثُمَّ قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ “

Ketika muadzin mengumandangkan, Allahu akbar.. Allahu akbar

Lalu kalian menjawab: Allahu akbar.. Allahu akbar

Kemudian muadzin mengumandangkan, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah..

Lalu kalian menjawab, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah..

dst… hingga akhir adzan

siapa yang mengucapkan itu dari dalam hatinya maka akan masuk surga. (HR. Muslim 385, Abu Daud 527 dan yang lainnya).

Mendekatkan Diri kepada Allah

Ketika kita mendengarkan adzan dengan khusyuk dan hati yang terbuka, kita memperkuat ikatan spiritual kita dengan Allah.

Adzan menjadi panggilan langsung dari Allah untuk mendekat kepada-Nya dan melaksanakan shalat. Dengan mendengarkan adzan dengan penuh perhatian, kita menunjukkan rasa ketaatan dan ketundukan kepada perintah-Nya.

Pahala yang Besar

Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap langkah yang diambil untuk mendengarkan adzan akan mendatangkan pahala.

Mendengarkan adzan dengan baik dan menjawab panggilan adzan dengan shalat akan memberikan pahala yang besar kepada kita. Allah SWT akan memberikan ganjaran kepada orang-orang yang taat dalam merespons panggilan-Nya.

Menyucikan Hati dan Jiwa

Adzan memiliki kekuatan untuk menenangkan hati dan menyucikan jiwa. Saat mendengarkan adzan, kita diingatkan akan kebesaran Allah dan fokus pada ibadah.

Hal ini membantu kita melepaskan diri dari urusan dunia yang sibuk dan memusatkan perhatian kita pada hubungan spiritual dengan Allah. Menjawab adzan dengan shalat membawa ketenangan dan kebahagiaan dalam hati.

Mengingatkan Waktu-waktu Shalat

Adzan menjadi pengingat yang kuat akan waktu-waktu shalat yang telah ditentukan. Dengan mendengarkan adzan, kita tidak hanya diingatkan tentang pentingnya melaksanakan shalat, tetapi juga diingatkan tentang waktu-waktu yang telah ditetapkan untuk ibadah tersebut.

Ini membantu kita dalam mengatur jadwal harian dan memastikan kita tidak melewatkan waktu-waktu shalat.

Diampuni Dosanya

Dari Sa’d bin Abi Waqqash Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ: وَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ  بِاللهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، وَبِالْإِسْلامِ دِينًا، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ

Barangsiapa yang ketika mendengar adzan dia mengucapkan,

وَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ  بِاللهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا، وَبِالْإِسْلامِ دِينًا

Saya juga bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada seukut baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku ridha Allah sebagai Rabku, Muhamamd  sebagai Rasul, dan Islam sebagai agamaku.

Siapa yang mengucapkan itu maka dosa-dosanya akan diampuni. (HR. Ahmad 1565, Muslim 386 dan yang lainnya)

Syarat Sah Adzan

Dalam kitab Al-Fiqhul Manhaji ala Madzhabil Imamis Syafi’i yang ditulis oleh Musthafa Al-Khin dan Musthafa Al-Bugha, diungkapkan bahwa hukum mengumandangkan adzan adalah sunnah.

Adzan juga memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar sah. Dalam kitab tersebut, disebutkan bahwa terdapat tujuh persyaratan sah untuk adzan.

1. Seorang Muslim

Tidaklah pantas jika adzan dilantunkan oleh individu non-Muslim yang tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang ibadah, terutama shalat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa adzan hanya dikumandangkan oleh mereka yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam melaksanakan ibadah ini.

2. Tamyiz (kemampuan membedakan baik dan buruk)

Bayi yang masih belum dapat dikategorikan sebagai individu yang mampu memahami konsep tamyiz. Serupa dengan individu non-Muslim, bayi tersebut belum memiliki pemahaman mengenai ibadah dan juga tidak memiliki pengetahuan mengenai jadwal shalat.

3. Laki-laki

Oleh karena itu, tidak sah azannya perempuan atas jamaah laki-laki. Sebagai demikian, perempuan juga tidak dapat memimpin shalat jamaah bagi laki-laki.

4. Tertib

yakni berurutan dalam menyebutkan kalimat-kalimat adzan sehingga tidak diperbolehkan mengumandangkan kalimat adzan secara acak.

5. Berturut-turut

berturut-turut dan tidak ada waktu pemisah yang cukup lama antara kalimat satu dengan kalimat selanjutnya

6. Dengan suara Keras

Menyuarakan adzan dengan keras tidak boleh diabaikan. Tidak disarankan untuk mengumandangkan adzan dengan suara pelan atau berbisik.

Hal ini didasarkan pada sebuah hadis riwayat Bukhari berikut:

فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاء، فَإِنَّهُ لَا يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya,

“Keraskan suaramu saat adzan. Karena sesungguhnya tidak ada manusia, jin atau suatu hal lain yang mendengar panjangnya suara muazin kecuali ia menjadi saksi bagi muazin tersebut di hari kiamat.”

7. Masuk waktu Shalat

masuk waktu shalat sehingga tidak diperkenankan adzan kecuali telah masuk waktu shalat. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

إِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُأَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ

Artinya,

“jika datang waktu shalat, maka azanlah salah satu dari kalian untuk kalian (mengerjakan shalat jamaah).”

Berdasarkan hadits tersebut, maka tidak diperkenankan mengumandangkan adzan sebelum masuk waktu shalat menurut ijmak, kecuali shalat subuh.

فلا يصح قبله بالإجماع، إلا في الصٌّبح، فإنه يجوز من نصف الليل لما سيأتي في سنن الأذان

Artinya,

“Maka tidak sah adzan sebelum masuk waktu shalat berdasarkan ijmak kecuali saat sebelum shalat subuh. Karena diperbolehkan adzan pada waktu tengah malam sebagaimana akan dijelaskan dalam pembahasan terkait kesunahan adzan,” (Lihat Mustafa Al-Khin dan Musthafa Al-Bugha, Al-Fiqhul Manhaji ala Madzhabil Imamis Syafi‘i, [Damaskus: Darul Qalam, 1992] halaman 114-115).

Tata Cara Adzan yang Dianjurkan bagi Muadzin

1. Adzan dalam Keadaan Suci

Hal ini berdasarkan dalil-dalil umum yang menganjurkan agar manusia dalam keadaan suci ketika berdizikir (mengingat) kepada Allah.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud, an-Nasai dan beberapa mukharrij yang lain dari sahabat Muhajir bin Qanfadz sebagai berikut:

عن المهاجر بن قنفذ رضي الله قال ” أتيت النبي صلى الله عليه وسلم وهو ييول فسلمت عليه فلم يرد علي حتى توضأ ثم اعتذر إلي فقال إني كرهت أن أذكر الله إلا على طهر أو قال على طهارة ” حديث صحيح  

Artinya:

“Dari Muhajir bin Qanfadz RA berkata: “Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ia sedang menunaikan hajat kecil di toilet, kemudian aku mengucapkan salam kepadanya, namun ia tidak menjawabnya hingga ia selesai berwudhu. Rasul kemudian memohon maaf dan mengemukakan alasan mengapa tidak menjawab salam al-Muhajir. Kemudian Rasul berkata, “Aku tidak suka menyebut asma Allah subhanahu wata’ala kecuali dalam keadaan suci (ala tuhrin),” atau ia berkata “ala thaharatin”. Hadits tersebut sahih.” (Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmû’ alâ Syarḥ al-Muhaddzab, [Beirut: Dar al-Fikr, t.t], j. 3, h. 105)

Karena dalam adzan kita menyebut asma Allah subhanahu wata’ala, maka dianjurkan untuk mengumandangkan adzan dalam keadaan suci.

2. Adzan dalam Keadaan Berdiri

hal ini Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar :

“Berdiri wahai bilal, Serulah manusia untuk melakukukan solat“. (HR. Ibnu Umar).

3. Menghadap Kiblat

Mengapa dianjurkan menghadap kiblat? Karena kiblat adalah arah yang paling baik dan juga arah yang paling mulia. Sebagaimana dikatakan oleh ulama salah maupun khalaf.

4. Memasukkan ujung jari tunjuk ke telinga

ini sebagaimana dicontohkan oleh Sahabat Bilal bin Rabah radliallahu ‘anh setiap kali mengumandangkan adzan di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

رأيت بلال يؤذن ويدور ويتبع فاه هاهنا وهاهنا وإصبعاه في أذنيه

Artinya:

“Aku melihat Bilal mengumandangkan adzan dan ia memutarkan dan mengikutkan mulutnya ke kesana-kemari, sedangkan kedua jarinya berada di kedua telinganya” (HR at-Tirmidzi).

5. Menyambung tiap dua-dua takbir

Maksudnya adalah menyambungkan kalimat Allahu akbar-allahu akbar, tidak dijeda antara keduanya.

6. Menolehkan kepala ke kanan

Ketika adzan subuh dianjurkan menolehkan kepala ke kanan ketika mengucapakan “hayya ‘alas shalah”dan menolehkan kepala ke kiri ketika mengucapakan “hayya ‘alal falah”. [16]

7. Menambahkan “ash shalatu khairum minannaum” pada azan subuh. 

Dengan memahami dan mengikuti tata cara adzan yang benar, kita dapat menjaga keaslian dan kekhidmatan adzan sebagai simbol keislaman. Mari kita pelihara warisan agung ini dengan menjalankan adzan dengan penuh penghormatan dan kekhusyukan. Semoga pengetahuan ini memberikan manfaat dan meningkatkan kehidupan beragama kita.