Memahami Penyakit Ain

Dalam kepercayaan dan tradisi di beberapa negara, penyakit ain (‘ain) masih dipercayai sebagai suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pandangan mata yang jahat. Namun, penting untuk diingat bahwa kepercayaan tersebut tidak didasarkan pada bukti ilmiah dan tidak diakui oleh masyarakat medis modern.

Namun, tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa penyakit ‘ain disebabkan oleh faktor-faktor supranatural atau iri dengki.

Gejala seperti rasa sakit, kemerahan, atau pembengkakan pada tubuh mungkin disebabkan oleh kondisi medis yang mendasar seperti infeksi, peradangan, atau gangguan sistemik, bukan karena faktor supranatural atau iri dengki.

Tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa penyakit ain atau “mata jahat” sebagai kondisi medis yang disebabkan oleh pandangan mata seseorang yang memiliki kekuatan supranatural atau “mata jahat”. Oleh karena itu, penyakit ain tidak diakui sebagai kondisi medis oleh masyarakat medis modern.

Apa Itu Penyakit Ain

Lantas, sebenarnya penyakit ain itu apa?

Kepercayaan yang mendasari adanya penyakit ain ini adalah hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Ain itu nyata (haq), kalau saja ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ain akan mendahuluinya.” (HR Muslim)

Ada yang mengatakan bahwa ain itu pandangan dari orang yang memiliki tabiat buruk. Hatinya terdapat rasa hasud, dengki, dan ingin mencelakai terhadap orang yang dipandangnya.

Ada pula yang berpendapat bahwa ain itu pandangan kekaguman atau ketakjuban dari orang yang tidak sedang merasa dengki. Akan tetapi, kekagumannya tidak disertai dengan berdzikir pada Allah.

Adanya ain juga tersirat dalam Al-Qur’an Surah al-Qalam ayat 51.

“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengarkan Al-Qur’an dan mereka berkata: ‘Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.”

Imam Ibnu Katsir mengungkapkan maksud dari kata “pandangan” dalam ayat tersebut adalah pandangan yang disertai dengan kekuatan ain.

Gejala dan Cara Menghindari Penyakit Ain

Jika terkena pandangan ‘ain, seseorang mungkin mengalami sakit, celaka, malapetaka, atau bahkan berujung pada kematian. Pernah kejadian di zaman Rasulullah, ketika Sahabat Amir bin Rabiah mandi bersama Sahabat Sahl bin Hanif.

Amir bin Rabiah terkagum-kagum melihat badan Sahl bin Hanif yang putih dan bersih. Seketika itu Sahl bin Hanif pingsan, para sahabat yang lain akhirnya memanggil Rasulullah. Setelah meruqyah Sahl bin Hanif, Beliau bersabda:

“Ketika salah satu di antara kalian kagum saat melihat dirinya sendiri, barang miliknya atau saat melihat saudaranya, maka doakanlah dia dengan keberkahan, karena ‘ain itu nyata.” (HR Nasa’i dan Hakim)

Maka tidak heran jika Rasulullah menjadikan ain ini sebagai bagian dari sesuatu yang dianggap berbahaya dan patut untuk diwaspadai. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari salah satu isi doa Rasulullah yang berisi permohonan perlindungan Allah atas penyakit ain, seperti dalam doa berikut:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua Setan, Binatang yang beracun, dan ‘Ain yang menyakitkan.” (HR. Bukhari)

Membaca doa di atas merupakan salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ain. Doa tersebut bisa dibaca setiap pagi dan petang bersama rangkaian doa-doa baik lainnya.

Tidak Semua Pandangan Kagum dan Dengki Mengandung Ain

Perlu dipahami, pandangan berkekuatan ‘ain tidak secara pasti ada di setiap orang yang memandang orang lain dengan rasa kagum atau rasa dengki. Pada dasarnya, ‘ain hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu dengan adanya kriteria-kriteria tertentu.

Sebuah pendapat mengatakan bahwa karakteristik orang yang memiliki pandangan berkekuatan ‘ain adalah merasakan rasa panas tatkala melihat hal-hal yang membuatnya kagum.

Pendapat yang lain mengatakan bahwa kekuatan ‘ain dapat dimiliki oleh seseorang dengan melakukan ritual-ritual tertentu.

Melansir NU Online, Imam al-Kalbi pernah berkisah tentang lelaki dari bangsa Arab yang bertapa dan tidak makan apa pun selama dua atau tiga hari. Lalu, lelaki tersebut dibuat kagum ketika berjalan melewati seekor unta dan seekor kambing (yang mengangkut orang).

Kemudian, dua hewan itu tidak berjalan banyak langkah kecuali sekelompok orang jatuh dari unta dan kambing itu dalam keadaan meninggal.

Orang-orang kafir kemudian memohon pada lelaki tersebut agar menimpakan kekuatan ‘ainnya pada Nabi Muhammad SAW. Ia pun menyanggupi permintaan tersebut.

Saat bertemu dengannya, Nabi berkata, “Sungguh kaummu menganggapmu sebagai tuan sedangkan aku menyangka engkau adalah tuan bagi orang yang diberi kekuatan ‘ain.”

Singkat cerita, Allah menjaga Nabi Muhammad dari kekuatan negatif ain yang dimiliki lelaki itu. Lalu turunlah  ayat tentang ain yang terdapat dalam Surah al-Qalam ayat 51 seperti telah disebutkan sebelumnya. Jadi, jelaslah bahwa tidak semua orang yang dengki atau kagum menyebabkan penyakin ain bagi orang lain.

Benarkah Mengunggah Potret Kesuksesan di Media Sosial Menyebabkan Penyakit Ain

Menurut informasi yang beredar di kalangan masyarakat , ain merupakan penyakit yang diderita seseorang jika memamerkan sesuatu di ranah publik seperti Instagram dan sejenisnya.

Tindakan pamer tersebut memunculkan sikap dengki (hasad) pada diri orang lain. Kedengkian yang muncul kemudian membawa petaka bagi orang yang pamer, berupa penyakit hingga kematian.

Masih menurut informasi yang ramai diperbincangkan masyarakat, penyakit yang muncul akibat pandangan ain inipun bermacam-macam gejalanya. Mulai dari muntah-muntah, hingga sulit tidur di malam hari.

Sementara pada anak-anak dan balita, ditandai dengan menangis yang tidak wajar hingga enggan menyusu pada ibunya. Anak kecil konon jadi pihak yang paling rentan terserang penyakit ain karena mereka belum bisa melindungi diri sendiri dari hal-hal negatif.

Karena itu, banyak yang menahan diri dalam mengunggah foto (terutama foto anak-anak) maupun cerita bahagia di media sosial lantaran menghindari penyakit ain. Tak hanya itu saja, sebagian masyarakat pun meyakini bahwa ada cara-cara tertentu untuk mengobati penyakit ain.

Misalnya, mandi dari air bekas mandi orang yang menyebabkan ain, mandi dari air bekas wudhu orang yang menyebabkan ain, hingga ruqyah syar’iyyah.

Pada dasarnya, kejahatan orang yang dengki itu memang buruk. Para pendengki itu berbahaya karena kedengkian mereka yang ada dalam hati diekspresikan dalam tindakan.

Tindakannya bisa menghilangkan nikmat dari orang yang mereka dengki, yang mana dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari bullying hingga mengirim sihir atau guna-guna.

Jadi, memang ada benarnya membentengi diri dari penyakit ain dengan cara tidak mengunggah potret kesuksesan dan kebahagiaan di media sosial.

Namun, sebenarnya tidak ada larangan untuk itu. Boleh jadi, unggahan di media sosial itu bukan untuk pamer, melainkan bentuk syukur seseorang atas kenikmatan yang Allah berikan.

Sebaliknya, hal yang sesungguhnya dilarang adalah sikap dengki. Apalagi jika mewujudkannya dengan berkomentar jahat di media sosial, hingga mengirim sihir atau guna-guna ke orang lain.