Takabur dalam Islam: Sikap Sombong yang Menghalangi Kebaikan

Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai etika yang tinggi dan terhormat. Oleh karena itu, terdapat banyak ayat Al-Quran dan hadis yang memerintahkan umat Islam untuk memperlihatkan perilaku yang terpuji dan menjauhi perilaku yang tercela.

Begitu juga terdapat banyak ayat yang memberikan pujian kepada orang-orang yang memiliki etika yang baik, dan mengutuk mereka yang memiliki etika yang buruk. Salah satu perilaku yang buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim adalah sikap sombong.

Pengertian Takabur dalam Islam

Takabur merupakan istilah dalam Islam yang merujuk pada sifat sombong, congkak, dan merasa lebih unggul atau lebih baik daripada orang lain.

Secara bahasa, takabur berasal dari kata “kibr” yang artinya angkuh atau menyombongkan diri. Dalam perspektif Islam, takabur dianggap sebagai sifat yang sangat tercela dan dilarang keras.

Takabur seringkali muncul ketika seseorang merasa dirinya memiliki kelebihan, seperti kekayaan, jabatan, pengetahuan, atau kecantikan fisik, sehingga merasa lebih superior daripada orang lain.

Hal ini seringkali mengarah pada perlakuan yang merendahkan orang lain, merasa tidak perlu menghormati atau membantu mereka, serta menganggap bahwa dirinya paling benar dalam segala hal.

Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam Islam, takabur dianggap sebagai penyakit hati yang memisahkan manusia dari Allah dan merusak hubungan sosial antara sesama. Rasulullah Muhammad SAW menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang takabur dan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya.

Perbedaan antara Takabur dan Rendah Hati

Takabur dan rendah hati adalah dua sikap yang memiliki perbedaan mendasar dalam pandangan Islam. Berikut adalah beberapa perbedaan antara takabur dan rendah hati:

Takabur:

  • Takabur adalah sikap sombong dan congkak yang merasa lebih unggul daripada orang lain.
  • Takabur membuat seseorang merendahkan orang lain dan merasa dirinya paling benar dalam segala hal.
  • Takabur melahirkan sikap tidak menghargai dan tidak menghormati orang lain.
  • Takabur merupakan sifat yang dilarang dalam Islam karena memisahkan manusia dari Allah dan merusak hubungan sosial.

Rendah Hati:

  • Rendah hati adalah sikap yang menyadari bahwa segala kebaikan dan kelebihan yang dimiliki berasal dari karunia Allah.
  • Rendah hati membuat seseorang mengakui bahwa setiap individu memiliki nilai dan kelebihan masing-masing.
  • Rendah hati melahirkan sikap menghargai, menghormati, dan memberikan perhatian kepada orang lain.
  • Rendah hati merupakan sifat yang dianjurkan dalam Islam karena memperkuat hubungan dengan Allah dan membangun hubungan harmonis antara sesama manusia.

Dalam Islam, takabur dianggap sebagai penyakit hati yang harus dihindari, sedangkan rendah hati dianggap sebagai ciri mulia seorang muslim.

Rasulullah Muhammad SAW adalah contoh teladan dalam rendah hati, meskipun memiliki kedudukan yang tinggi sebagai utusan Allah, beliau tetap rendah hati dan peduli terhadap seluruh umat manusia.

Dengan memahami perbedaan antara takabur dan rendah hati, diharapkan umat muslim dapat menjauhi sifat takabur dan mengembangkan sikap rendah hati dalam berinteraksi dengan Allah dan sesama manusia.

Takabur merupakan Dosa Pertama

Sebagian salaf menjelaskan bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah sifat takabur (kesombongan). Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ {34}

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir“ (QS. Al Baqarah:34)

Qotadah berkata tentang ayat ini, “Iblis hasad kepada Adam ‘alaihis salaam dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”.

Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/114, cet al Maktabah at Tauqifiyah)

Faktor-faktor yang Memicu Timbulnya Sifat Takabur

Takabur, atau sikap sombong dan congkak, dapat muncul akibat berbagai faktor dalam kehidupan seseorang. Berikut adalah beberapa faktor yang memicu timbulnya takabur:

Keberhasilan dan Prestasi

Ketika seseorang mencapai keberhasilan dan meraih prestasi tertentu, terkadang hal ini dapat membuatnya merasa lebih superior daripada orang lain. Rasa bangga atas pencapaian tersebut bisa berubah menjadi takabur jika tidak diimbangi dengan sifat rendah hati.

Kekayaan dan Materi

Memiliki kekayaan yang melimpah dapat menjadi faktor pemicu takabur. Orang yang kaya cenderung merasa lebih unggul dan merendahkan orang lain yang kurang mampu secara materi. Kekayaan yang dimiliki menjadi sumber kesombongan dan ketidakpedulian terhadap sesama.

Kedudukan dan Jabatan

Memegang jabatan penting atau memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat seringkali membuat seseorang tergoda untuk menjadi takabur. Merasa memiliki wewenang dan pengaruh yang lebih besar daripada orang lain dapat memicu sikap sombong dan meremehkan orang lain.

Pengetahuan dan Keahlian

Memiliki pengetahuan dan keahlian yang luas atau menguasai bidang tertentu dapat membuat seseorang merasa lebih pintar atau lebih berpengetahuan daripada orang lain. Jika tidak diimbangi dengan rendah hati, hal ini dapat menyebabkan timbulnya sikap takabur.

Keindahan Fisik

Orang yang memiliki penampilan fisik yang menarik seringkali tergoda untuk menjadi takabur. Rasa percaya diri berlebihan atas kecantikan atau kegantengan fisik dapat membuat seseorang merasa lebih superior daripada orang lain.

Lingkungan dan Pengaruh Sosial

Lingkungan yang mempromosikan sikap takabur, seperti kelompok teman yang menyombongkan diri, bisa mempengaruhi seseorang untuk mengembangkan sikap yang sama. Pengaruh negatif dari lingkungan sekitar dapat memicu timbulnya takabur.

Penting bagi setiap individu untuk terus berintrospeksi dan mengontrol diri agar tidak terjebak dalam sikap takabur. Islam mendorong umatnya untuk memperkuat sifat rendah hati, mengakui segala karunia Allah, dan menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama manusia.

Dampak Negatif Takabur terhadap Individu dan Masyarakat

Takabur, atau sikap sombong dan congkak, memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap individu dan masyarakat. Berikut adalah beberapa dampak negatif takabur:

Pembentukan Persepsi Negatif

Individu yang takabur sering kali dipandang negatif oleh orang lain. Sikap sombong dan merendahkan orang lain dapat menciptakan jarak sosial dan mempengaruhi hubungan interpersonal yang sehat. Orang-orang cenderung menghindari dan merasa tidak nyaman dengan individu yang terlalu takabur.

Perpecahan dan Konflik

Takabur dapat memicu perpecahan dan konflik dalam masyarakat. Sikap merasa lebih unggul dan tidak menghargai orang lain dapat menyebabkan ketegangan antarindividu, kelompok, atau komunitas. Hal ini dapat berdampak buruk pada kerukunan sosial dan harmoni dalam masyarakat.

Kehilangan Kesempatan untuk Belajar

Sikap takabur menghalangi individu untuk belajar dan berkembang. Orang yang terlalu takabur cenderung menutup diri terhadap pengetahuan, pengalaman, atau pandangan baru. Mereka merasa bahwa mereka sudah tahu segalanya dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain.

Kurangnya Kolaborasi dan Kerjasama

Takabur menghambat kolaborasi dan kerjasama yang produktif antarindividu atau kelompok. Sikap angkuh dan merasa lebih unggul dapat membuat orang enggan untuk bekerja sama dengan individu yang takabur. Ini menghambat kemajuan dan pencapaian yang bisa dicapai melalui kerjasama tim.

Rendahnya Kualitas Hubungan Sosial

Individu yang takabur cenderung memiliki kualitas hubungan sosial yang rendah. Karena sikap sombong dan merendahkan orang lain, mereka sulit membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Hal ini dapat menyebabkan kesepian dan isolasi sosial.

Hambatan dalam Pengembangan Pribadi

Takabur menghalangi pengembangan pribadi yang sehat. Sikap sombong membuat individu sulit untuk menerima kritik konstruktif dan tumbuh dalam hal emosi, spiritual, dan intelektual. Mereka cenderung stagnan dalam perkembangan pribadi mereka.

Penting untuk menyadari dampak negatif takabur ini dan berupaya untuk mengatasi sikap tersebut dengan memperkuat nilai-nilai rendah hati, saling menghargai, dan kerja sama dalam masyarakat.

Islam menekankan pentingnya kesederhanaan, tolong-menolong, dan menghormati hak-hak sesama sebagai cara untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.

Hukuman Pelaku Sombong di Dunia

Dalam sebuah hadist yang shahih dikisahkan sebagai berikut ,

أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشِمَالِهِ فَقَالَ « كُلْ بِيَمِينِكَ ». قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ « لاَ اسْتَطَعْتَ ». مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.

“Ada seorang laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinyaLalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu! Orang tersebut malah menjawab, Aku tidak bisa. Beliau bersabda, “Apakah kamu tidak bisa?” -dia menolaknya karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya” (H.R. Muslim no. 3766).

Orang tersebut mendapat hukum di dunia disebabkan perbuatannya menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia dihukum karena kesombongannya.

Akhirnya dia tidak bisa mengangkat tangan kanannya disebabkan sikap sombongnya terhadap perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah di antara bentuk hukuman di dunia bagi orang yang sombong.

Langkah-langkah untuk Mengatasi Takabur dalam Diri Sendiri

Mengatasi takabur adalah proses yang membutuhkan kesadaran dan komitmen untuk mengubah sikap dan perilaku. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi takabur dalam diri sendiri:

Introspeksi Diri

Lakukan introspeksi secara jujur dan kritis terhadap diri sendiri. Evaluasi sikap, pikiran, dan perilaku yang mungkin mencerminkan sikap takabur. Kenali tanda-tanda takabur dalam diri dan akui bahwa ada ruang untuk perbaikan.

Bersyukur dan Mengakui Karunia Allah

Renungkan atas semua karunia dan keberkahan yang diberikan Allah. Sadari bahwa segala yang dimiliki berasal dari-Nya dan bukan semata-mata hasil dari keunggulan diri sendiri. Jaga kesadaran tentang pentingnya rasa syukur dan rendah hati dalam setiap aspek kehidupan.

Mengembangkan Rasa Empati

Usahakan untuk memahami perspektif dan perasaan orang lain. Latih diri untuk melihat kelebihan dan kekurangan dalam diri sendiri serta orang lain dengan pemahaman yang lebih luas. Ini akan membantu membangun rasa empati dan mengurangi sikap merendahkan orang lain.

Belajar dari Orang Lain

Buka pikiran dan hati untuk belajar dari pengalaman dan pengetahuan orang lain. Sambut sudut pandang baru dan ide-ide yang berbeda. Jadilah pendengar yang baik dan terbuka untuk menerima masukan dan kritik konstruktif dari orang lain.

Membangun Kerendahan Hati

Perkuat sikap rendah hati dengan menghargai dan menghormati kelebihan dan kontribusi orang lain. Jauhkan diri dari kebiasaan membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Fokuslah pada kemajuan pribadi dan pengembangan diri tanpa memandang rendah orang lain.

Memohon Pertolongan Allah

Segera berlindung kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya dalam mengatasi takabur. Minta petunjuk-Nya dan berdoa untuk diberikan sikap rendah hati yang kuat. Berserah diri pada-Nya dan minta kekuatan untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik.

Refleksi dan Perbaikan Terus-menerus

Lakukan refleksi rutin atas sikap dan perilaku diri sendiri. Identifikasi setiap tanda-tanda takabur yang muncul dan terus berupaya melakukan perbaikan. Jangan berhenti belajar dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Mengatasi takabur adalah perjalanan yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kesadaran diri yang kuat. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan individu dapat melawan sikap takabur dan mengembangkan sikap rendah hati yang lebih baik.

Tawadhu’ Kebalikan dari Sikap Sombong

Kebalikan dari sikap sombong adalah sikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya,

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)

Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

‘Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain” (HR Muslim no. 2865).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.

Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan dirikarena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)

Sikap tawadhu’ inilah yang akan mengangkat derajat seorang hamba, sebagaimana Allah berfirman,

دَرَجَاتٍ الْعِلْمَ أُوتُوا وَالَّذِينَ مِنكُمْ آمَنُوا الَّذِينَ اللَّهُ يَرْفَعِ

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat “ (QS. Al Mujadilah: 11).